Kamis, 22 Juni 2017

Tugas Softskill

Penyebab Kegagalan Umum Sistem Informasi
dan
Peran Pemimpin dalam E-government

A). Pengertian Sistem Informasi

Sistem Informasi (SI) adalah kombinasi dari teknologi informasi dan aktivitas orang yang menggunakan teknologi itu untuk mendukung operasi dan manajemen. Dalam arti yang sangat luas, istilah sistem informasi yang sering digunakan merujuk kepada interaksi antara orang, proses algoritmik, data, dan teknologi. Dalam pengertian ini, istilah ini digunakan untuk merujuk tidak hanya pada penggunaan organisasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK), tetapi juga untuk cara di mana orang berinteraksi dengan teknologi ini dalam mendukung proses bisnis.

B). Tujuan Sistem Informasi

Tujuan dari sistem informasi adalah menghasilkan informasi. Sistem informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna bagi para pemakainya. Data yang diolah saja tidak cukup dapat dikatakan sebagai suatu informasi. Untuk dapat berguna, maka informasi harus didukung oleh tiga pilar sebagai berikut: tepat kepada orangnya atau relevan (relevance), tepat waktu (timeliness), dan tepat nilainya atau akurat (accurate). Keluaran yang tidak didukung oleh tiga pilar ini tidak dapat dikatakan sebagai informasi yang berguna, tetapi merupakan sampah (garbage).

Pengembangan sistem informasi memerlukan suatu perencanaan yang baik, implementasi yang baik, dan umpan balik yang akurat untuk menghindari adanya kegagalan dari pengembangan sistem tersebut sehingga mengakibatkan adanya penolakan dari para pengguna sistem informasi tersebut.

Didalam mengukur tingkat keberhasilan dari penerapan sistem informasi, maka perusahaan harus melakukan evaluasi yang sistematis atas penerapannya. Dari evaluasi yang dilakukan tersebut, akan dapat ketahui tingkat kesesuaian pencapaian tujuan yang diharapkan dengan rencana perusahaan menerapkan sistem informasi tersebut dan juga dapat mengantisipasi penyebab terjadinya kegagalan pada saat penerapannya.

C). Sistem Informasi dan Sistem Informasi Manajemen

Menurut O’Brien (2005), sistem informasi dan teknologi telah menjadi komponen yang sangat penting bagi keberhasilan bisnis dan organisasi. Teknologi informasi dapat membantu seluruh jenis bisnis untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses bisnis mereka, pengambilan keputusan manajerial dan kerja sama kelompok sehingga dapat memperkuat posisi kompetitif mereka dalam pasar yang sangat cepat berubah. Definisi sistem informasi menurut O’Brien (2005) adalah kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Orang bergantung pada sistem informasi untuk berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan berbagai jenis alat fisik (hardware), perintah dan prosedur pemrosesan informasi (software), saluran komunikasi (jaringan), dan data yang disimpan (sumber daya data) sejak permulaan peradaban.
Menurut McLeod (1996), Sistem Informasi Manajemen (SIM) didefinisikan sebagai suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai yang mempunyai kebutuhan yang serupa. Informasi menjelaskan perusahaan atau salah satu sistem utamanya mengenai apa yang telah terjadi di masa lalu, apa yang sedang terjadi sekarang dan apa yang mungkin terjadi di masa depan. Informasi tersebut tersedia dalam bentuk laporan periodik, laporan khusus dan output dari simulasi matematika. Informasi digunakan oleh pengelola maupun staf lainnya pada saat mereka membuat keputusan untuk memecahkan masalah. Sedangkan Stoner and Freeman (1994) menyatakan bahwa SIM merupakan metode formal yang menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu bagi manajemen yang diperlukan untuk mempermudah proses pengambilan keputusan dan membuat organisasi dapat melakukan fungsi perencanaan, pengendalian dan operasional organisasi yang bersangkutan dapat dilaksanakan secara efektif.
D). Komponen-komponen Sistem Informasi

Komponen sistem informasi dapat dilihat pada Gambar 2 yang mengilustrasikan konsep dasar untuk berbagai komponen dan aktivitas sistem informasi. Sistem informasi bergantung pada sumber daya manusia/brainware (pemakai akhir dan pakar sistem informasi), hardware (mesin dan media), software (program dan prosedur), dataware (dasar data dan pengetahuan) serta netware/jaringan (media komunikasi dan dukungan jaringan) untuk melakukan input, pemrosesan, output, penyimpanan dan aktivitas pengendalian yang mengubah sumber daya data menjadi produk informasi (O’Brien, 2005).  Model sistem informasi memperlihatkan hubungan antar komponen dan aktivitas sistem informasi. Semua sistem informasi menggunakan sumberdaya manusia, hardware, software, data dan jaringan untuk melakukan aktivitas input, pemrosesan, output, penyimpanan dan pengendalian yang mengubah sumber daya data menjadi informasi. Sumber daya sistem informasi dapat diuraikan sebagai berikut :

1.      Sumber Daya Manusia (Brainware)

Manusia dibutuhkan untuk pengoperasian semua sistem informasi. Sumber daya manusia ini meliputi pemakai akhir (end user) dan pakar sistem informasi.

a. Pemakai Akhir / Pemakai / Klien (End User)

Adalah orang-orang yang menggunakan sistem informasi atau informasi yang dihasilkan sistem tersebut. Meliputi pelanggan, tenaga penjualan, teknisi, staf administrasi, akuntan dan para manajer.

b. Pakar Sistem Informasi (IS Specialists)

Adalah orang-orang yang mengembangkan dan mengoperasikan sistem informasi. Mereka meliputi analis sistem, pembuat software, operator sistem, dan personel tingkat manajerial, teknis dan staf administrasi SI lainnya.

2.      Sumber Daya Perangkat Keras (Hardware)

Konsep sumber daya hardware meliputi semua peralatan dan bahan fisik yang digunakan dalam pemrosesan informasi. Secara khusus sumber daya ini meliputi tidak hanya mesin  (komputer dan perlengkapan lainnya) tetapi juga semua media data yaitu objek berwujud tempat data dicatat dari lembaran kertas hingga disk magnetis atau optikal.

3.      Sumber Daya Perangkat Lunak (Software)

Konsep sumber daya software meliputi semua rangkaian perintah pemrosesan informasi. Konsep umum software meliputi tidak hanya serangkaian perintah operasi yang disebut program dengan hardware komputer pengendalian dan langsung tetapi juga rangkaian perintah pemrosesan informasi yang disebut prosedur yang dibutuhkan orang-orang.

4.      Sumber Daya Data (Dataware)

Sumber daya data harus dikelola secara efektif agar dapat memberi  manfaat bagi pengguna akhir dalam sebuah organisasi. Sumber daya sistem informasi umumnya diatur, disimpan dan diakses oleh berbagai teknologi pengelolaan sumber daya data ke dalam :

1. Database yang menyimpan data yang telah diproses dan diatur.

2. Dasar pengetahuan yang menyimpan pengetahuan dalam berbagai bentuk seperti fakta,   peraturan, dan contoh kasus mengenai praktek bisnis yang baik.

5.  Sumber Daya Jaringan (Netware)

Konsep sumber daya jaringan menekankan bahwa teknologi komunikasi dan jaringan adalah komponen sumber daya dasar dari semua sistem informasi. Sumber daya jaringan meliputi :

1. Media komunikasi

Contohnya meliputi kabel twisted-pair, kabel tembaga, dan kabel optikal fiber serta teknologi gelombang mikro, selular dan satelit yang nirkabel.

2. Dukungan jaringan

Banyak hardware, software dan teknologi data dibutuhkan untuk mendukung operasi dan penggunaan jaringan komunikasi.

E). Faktor Penentu Kegagalan Sistem Informasi

Faktor-faktor yang menyebaban kesuksesan sistem informasi sebagaimana pendapat Rosemary Cafasaro dalam O’Brien (2009) dipaparkan sebagai berikut :

1.      1.  Kurangnya input dari end user

Kurangnya keterlibatan end user pada saat proses perancangan sistem akan  menemui kegagalan pada saat diterapkan karena terjadi kesenjangan atau gap antara pengguna dan perancang atau pakar SI. Kesenjangan itu timbul karena keduanya memiliki latar belakang dan kepentingan yang berbeda (user-designer communication gap). Kesenjangan ini pada akhirnya akan menciptakan kegagalan dalam pelaksanaan sistem informasi.

2.      2. Tidak lengkapnya pernyataan kebutuhan dan spesifikasi

Kebutuhan yang telah dirumuskan tersebut apabila tidak mendapatkan dukungan berupa infrastruktur yang memadai akan menyebabkan kegagalan pada sistem informasi.

3.      3.  Pernyataan kebutuhan dan spesifikasi yang senantiasa berubah-ubah

Penerapan sistem informasi pada suatu organisasi harus dilakukan perumusan dengan jelas tentang kebutuhan dan spesifikasi penggunan sistem informasi tersebut. Pernyataan kebutuhan yang tidak ditegaskan sejak awal akan berdampak negatif pada saat sistem informasi diimplementasikan dan pada akhirnya menemui kegagalan.

4.      4.  Kurangnya dukungan manajemen eksekutif

Apabila penerapan sistem informasi tidak mendapatkan dukungan dari beberapa unsur manajemen eksekutif sebagai pengambil keputusan maka penerapan sistem organisasi akan menemui kegagalan dan mengakibatkan dampak seperti : terjadi inefisiensi biaya, pelaksanaan penerapan sistem informasi melebihi target waktu yang telah ditentukan, kendala teknis serta kegagalan memperoleh manfaat yang diharapkan.
5.      Inkompetensi secara teknologi.

Penerapan dan pengembangan sistem informasi sangat membutuhkan peranan manusia sebagai brainware/operator. Apabila sumberdaya manusia dalam organisasi tidak memiliki kompetensi akan perkembangan teknologi yang semakin  maju maka penerapan sistem informasi akan mengalami kesulitan. Sistem informasi yang tidak sesuai dengan kemampuan SDM akan mengakibatkan pelaksanaan sistem informasi menghadapi kegagalan.

6.     5.  Perencanaan yang tidak tepat dan tidak matang

Pengembangan dan penerapan sistem informasi yang tidak didukung oleh perencanaan yang matang tidak akan mampu menjadi mediator antara berbagai keinginan dan kepentingan dalam suatu organisasi. Sistem yang tidak memiliki road map yang jelas tidak mampu menjadi pegangan dalam melaksanakan sistem informasi sesuai tujuan organisasi. Sistem informasi yang tidak dirancang sesuai kebutuhan organisasi pada akhirnya akan menemui kegagalan dalam penerapannya dan hanya menimbulkan inefisiensi dalam hal biaya, waktu dan tenaga.

F). E-Government

Menurut Sinambela et  all (2011), e-Government adalah proses pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat untuk membantu menjalankan sistem pemerintahan secara lebih efisien. E-Government juga dapat diartikan sebagai cara bagi pemerintahan untuk menggunakan sebuah teknologi baru untuk melayani masyarakat dengan memberikan kemudahan akses bagi pemerintah dalam hal pelayanan dan informasi serta menambah kualitas pelayanan serta memberikan peluang untuk berpartisipasi dalam proses institusi demokrasi. Sedangkan definisi e-Government berdasarkan The World Bank Group (2001) dalam Kumorotomo (2009) adalah sebagai berikut : ”E-Government refers to the use by government agencies of information technologies (such as Wide Area Network, the internet, and mobile computing) that have ability to transform relations with citizens, business and other arms of government”. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa e-Government merujuk pada penggunaan teknologi informasi pada lembaga pemerintah atau lembaga publik. Tujuannya adalah agar hubungan-hubungan tata pemerintahan (governance) yang melibatkan pemerintah, swasta dan masyarakat dapat tercipta sedemikian rupa sehingga lebih efektif, efisien, produktif dan responsif. Konsep e-Government mengacu bukan hanya pada pemakaian teknologinya namun juga keharusan pada prinsip bahwa pemanfaatan teknologi akan membuat sistem penentuan kebijakan dan pelayanan publik menjadi lebih baik.

G). Peran Pemimpin dalam E-GOVERNMENT

Komitmen dan dukungan dari pimpinan (leadership commitment and support) menjadi indikator penting bagi keberhasilan penerapan e-Government di Indonesia. Dibutuhkan pemimpin yang membawa visi e-Government dalam agendanya dan mempunyai strategi pemikiran untuk membuatnya menjadi kenyataan. Kepemimpinan bisa mengatasi banyak hambatan operasional. (Indarajit, 2002:25).
Secara teori, indikator ini memberikan kepastian terhadap kepemimpinan unggul dan kapabel, menjamin hubungan antar satuan kerja yang sinergis dan terencana, kepastian penganggaran, realisasi, operasi, dan evaluasi implementasi sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Manifestasi atas dukungan kepemimpinan secara faktual belum bervariasi namun banyak yang berinovasi dalam pengambilan keputusan untuk mengembangkan e-Government di daerah, antara lain dalam hal :
1.  Dukungan kebijakan yang kuat melalui pembuatan masterplan atau blueprint penerapan e-Government
2.  Pengadaan unit khusus
3.  Dukungan infrastruktur yang memadai
4.  Dukungan penganggaran yang besar, dan
5.  Berbagai inisiatif yang inovatif yang justru menjadi best practice yang dapat dipakai oleh daerah lain, seperti penerapan e-Government di Kota Surabaya dan penerapan Simpeg di Kota Tarakan.

Keseluruhan indikator tersebut harus ditunjang dengan strategi dari seorang pemimpin. Strategi dari seorang pemimpin tersebut memegang peranan yang penting dalam penerapan e-Governmen. Strategi dari seorang pemimpin yang harus diperhatikan adalah seorang pemimpin harus memiliki visi yang jelas, strategi yang berkualitas serta adanya kesadaran dari seorang pemimpin dan yang lebih penting adalah seorang pemimpin harus ditunjang dengan pengetahuan dan skill yang baik serta memiliki komitmen dalam penerapan e-Government tersebut. Penerapan e-Government yang dilakukan saat ini bertujuan agar masyarakat lebih cepat mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Sumber : Sumber 1
              - Sumber 2
              - Sumber 3
              - Sumber 4
              - Sumber 5
-